DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan
......................................................................................... 2
C. Prevalensi
.................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
A. Defenisi
........................................................................................ 3
B. Etiologi
........................................................................................ 4
C. Patafisiologi ................................................................................. 5
D. Gejala Klinis ................................................................................ 6
E. Pemeriksaan Penunjang
............................................................... 7
F. Klasifikasi Asma
......................................................................... 9
G. Penatalaksanaan
.......................................................................... 11
H. Pengobatan
.................................................................................. 13
I. Pencegahan
................................................................................. 16
BAB III TINJAUAN KASUS
................................................................. 18
A. SOAP
......................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
................................................................................. 20
A. KESIMPULAN
......................................................................... 20
B. SARAN
..................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Angka kejadian
penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup
masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada didalam
makanan salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah
penyakit Asma.
Asma adalah
satu diantar beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total,
kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamindalam waktu dekat akan
terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apabila pekerjaan dan lingkungannya
serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen
yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan Simptomatikpada waktu serangan
mugkin bisa diatasi penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan Profilaktasi
yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
Peran Dokter
dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting, Dokter sebagai pintu pertama
yang akan diketuk ole penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan
deukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan
keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan
tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana
caranya mencegah terjadinya serangan Asma (Manjoir. 2005).
1
- TUJUAN
- Tujuan Umum
Untuk
mengetahui tentang asuhan kebidanan pada Balita mengenai Asma bronkial bagi
kehidupan.
- Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi penyakit asma
bronkial
b. Menjelaskan etiologi penyakit asma
bronkial
c. Menjelaskan patafisiologi penyakit asma
bronkial
d. Menjelaskan pemeriksaan penunjang penyakit
asma bronkial
e. Menjelaskan klarifikasi penyakit asma
bronkial
f. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit asma
bronkial
g. Menjelaskan pengobatan penyakit asma
bronkial
- PREVALENSI
Dalam tiga
puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (Kekerapan penyakit) asma
terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma diasia terutama
disingapura, atau korea selatan jaga mencolok. Kasus asna meningkat insidennya
secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik dinegara berkembang
maupun dinegara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat.
Asma
merupakan sepuluh besar penyebab meningkat di indonesia, hal ini tergambar dari
atas studyi survei kesehatan rumah tangga ( Tahun 1986 ) menunjukkan asma
menduduki urutan 5 dari 10 penyebab kesakitan ( Morbiditas ) bersama- sama
dengan bronkis kronik dan emfisema. Pada tahun 1992 asma bronkitis kronik dan
emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di indonesia atau sebesar 5,6 % pada
tahun 1995. ( Hasan , 2005 )
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Asma berasal dari bahasa
Yunani yaitu sukar bernafas. Bahasa awamnya di istilah kan dengan ‘bengek’
yaitu serangan sesak nafas berbunyi mencuit-cuit, istilah medisnya weezing Asma
merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafasobstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas.
Dari definisi diatas, maka dapat diambil poin
penting mengenai asma, yaitu :
-
Asma
merupakan penyakit gamgguan jalan nafas
-
Ditandai
dengan hipersensitifas bronkus dan bronkokostriksi
-
Diakibatkan
oleh proses inflamasi kronik
-
Bersifat
reversibel
Status Asmatikus adalah
keadaan darurat medik paru merupakan serangan asma yang berat atau bertambah
berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan.
Refrakter adalah tidak adanya perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan
pengamatan 1-2 jam.
Gambar klinis Status
Asmatikus :
·
Penderita
tampak sakit berat dan sianosis
·
Sesak
nafas, bicara terputus-putus
·
Banyak
berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah
jatuh dalam dehidrasi berat
·
Pada
keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun
dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh kedalam
koma. ( Manajoer 2005 )
3
Asma merupakan juga suatu
penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat hampir
diseluruh dunia, baik dinegara maju maupun dinegara berkembang termasuk
indonesia.
Walaupun berdasarkan
pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang
ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi,
bahka berat ringatnya serangan dan seriing jarangnya serangan berubah-ubah dari
waktu ke waktu.
Umumnya
gejala klinis ditandai dengan adanya sesak nafas dan mengi ( nafas ya ng
berbunyi ). Kelompok anak yang diduga asma adalah anak-anak yang menunjukkan
batukyang timbul secara episodic, cenderung pada malam atau dini hari, musiman,
setelah aktifitas, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien dan
keluarga.
( Tanjung, 2005 )
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang
merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkhial.
Ø Faktor predisposisi
a.
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah
bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimanacara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
mendrita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, pendrita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain
itu hipersentifisitas asluran pernafasan juga bisa diturunkan.
Ø Faktor presipitasi
a.
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan
Contoh : Debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contohnya : makanan dan obat-obatan
4
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contohnya : perhiasan, logam dan jam tangan
b.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa
pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angun serbukbungan dan debu.
c.
Sterss
Sterss atau gangguan emosi
dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu bisa juga memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala yang sama yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami sterss atau ganggaun emosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diatasi.
d.
Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan lansung
dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di labolatorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu klibur atau cuti.
e.
Olah raga atau aktifita jasmani yang berat
Sebagian penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan akyifitas jasmani atau olah raga yang berat.
Lari cepat paling mudah menimbulkanserangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C.
Patifisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi
spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab
yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abmormal dalam jumlah besar dan abtibody ini menyebabkan reaksi
alergi bilam reaksi dengan antigen spesifikasinya.
5
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel
mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirupalergi maka antibody Ig
E orang tersebut meningkat, alergi bereaksi dengan antibody yang telah terlakat
pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarka berbagai macam zat,
daiantaranya histamin, zat anafilaksis yang beraksi lambat ( yang merupakan
leukotrient ), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor-aktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus
kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.
Pada
asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksiras paksa menekan
bagiaan luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan
inspirasi de ngan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal
ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu pun
menjadi sangat meningkatselama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini dapat menyebabkan barrel chest. ( Tanjung,
2003 )
D.
Gejala
Klinis
Keluhan
pertama penderita asma ialah sesak nafas mendadak, disertai fase inspirasi yang
lebih pendek dibamdingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi
(wheezing), batuk disertai serangan nafas yang kumat-kumatan. Pada beberapa
penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak
nafas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau
tiba-tiba menjadi lebih berat.
Wheezing
terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat
atau lamnatnya aliran udarayang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi
ringan atau kelelahan otot pernafasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau
tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu ada, bahkan sering kali
diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka
keluhan sesak akan semakin berat.
6
Dalam
keadaan sesak nafas hebat, penderita lebih menyukaiposisi duduk membungkuk
dengan kedua telapak tangan memgang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada
pasien dengan Chronic Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak
nafas adalah pernafasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernafasan.
Frekuensi pernafasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernafasan ikut
aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak nafas akan
diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik.
Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak nafas, karena
menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu,
terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 130/menit, karena
peningkatan konsenterasi katekolamin dalam darah akibat respons hepoksemia.
(Tanjong, 2003)
E.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada
penderita asma akan didapati :
·
Kristal-kristal
charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
·
Spiral
curshman, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
·
Creole
yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
·
Netrofil
dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muncul plug.
Pemeriksaan darah
·
Analisa
gas darah terdapat peningkatan normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
·
Kadang
pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
·
Hiponatermia
dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3 dimana menadakan terdapatnya
suatu infeksi.
·
Pada
pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan penurunan pada waktu bebas dari serangan.
7
2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran
radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran
hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan
rongga intercostalis, serta diafragma. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
maka kelainan yang didapatadalah sebagai berikut :
·
Bila
disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
·
Bila
terdapat komplikasiempisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
·
Bila
terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
·
Dapat
pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
·
Bila
terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardim, maka dapat
diliat bentuk gambaran pada paru-paru.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan
untuk mencari faktor alergi yang berbagai alergi yang dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.
4. Elektrokardiografi
Gambaran
Elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,
dan disesuakan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
·
Perubahan
aksis jantung, yakni pada umunya terjadi right axis deviasi dan clokwise
ratation.
·
Terdapat
tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapat RBB ( Right bundle branch
block).
·
Tanda-tanda
hopoksemia, yakni terdapat pada sinus tachycardia, SVES, dan
·
VES
atau terjadinya depresi segmen ST negative.
8
5. Spirometri
Untuk
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEVI atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidk saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obtruksi. (Medicafarma, 2008)
F.
Klasifikasi Asma
1.
Berdasarkan Etiologi
a.
Ekstrinsik
(alergik)
Ditandai
dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan diatas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinstik.
# Asma Ekstrinsik dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Asma ekstrinsik atopik
Sifat-sifatnya adalah sebagai
berikut :
-
Penyebabnya
adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan dapat diperlihat dengan
reaksi kulit tipe 1
-
Gejala
klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehidupan, 85% kasus timbul
sebelum usia 30 tahun
-
Sebagian
besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa puber, dengan serangan
asma yang berbeda-beda
9
2. Asma ekstrinsik non atopik
Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut :
-
Serangan
asma timbul berhubungan dengan bermacam-macam alergi yang spesifik
-
Tes
kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda terhadap alergi yang
tersensitasi dapat menjadi positif
-
Dalam
serum didapatkan IgE dan IgG yang spesifik
-
Timbulnya
gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau di kemudian hari
b. Instrinsik
dan idiopatik (non alergik)
Ditandai
dengan adanya reaksi non alergi yang beraksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
# Sifat dari intrinsik yaitu :
-
Alergen
pencetus sukar ditentukan
-
Tidak
ada ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit memberi hasil negatif
-
Merupakan
kelompok yang heterogen, respon untuk terjadi asma dicetuskan oleh penyebab dan
melalui makenisme yang berbeda-beda
-
Sering
ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur diatas 30 tahun dan disebut
juga late onset asma
-
Serangan
seask pada asma tpe ini dapat berlansung lama dan sering kali menimbulkan kematian
bila pengobatan tanpa disertai kortikosteroid
10
-
Perubahan
patologi yag terjadi asma dengan asma ekstrinsik, namun tidak dapat dibuktikan
dengan keterlibatan IgE
-
Kadar
IgE serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan asma ekstrinsik
-
Selain
itu tes serologi dapat menunjukkan adanya faktor rematoid, misalnya sel LE
-
Riwayat
keluarga lebih sedikit, sekitar 12-48%
-
Polip
hidung dan sensitivitas terhadap aspirin sering dijumpai
2.
Berdasarkan Keparahan Penyakit
a.
Asma intermiten
Gejala muncul
< 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi
ringan dalam beberapa jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali
dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik diantara waktu serangan, Peak
Exspiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second ( PEV1) > 80%
b.
Asma ringan
Gejala
muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi mengganggu
aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan.
PEF dan PEV1 80%
c.
Asma sedang (moderate)
Gejala
muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma
malam hari terjadi > 1 kali dalam 1 minggu, menggunkan inhalasi beta 2
agonis kerja cepat dalam keseharian. PEF dan PEV1 >60% dan <80%
d.
Asma parah (severe)
Gejala terus
menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering
terjadi, aktifitas fisik tergganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%
G.
Penatalaksanaan
1.
Pendidikan atau Edukasi Kepada Penderita
Dan Keluarga
Pengobatan yang efektif hanya
mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang
11
konprehensif, dimana
melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi seorang dokter Puskesmas disatu
pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya dipihak
lain. Pendidikan kepada penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab dokter puskesmas,
sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.
# Beberapa hal yang perlu diketahui dan
dikerjakan oleh penderita dan keluarganya adalah :
a. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma :
·
Bahwa
penyakit asma tidak bisa sembuhn secara sempurna
·
Bahwa
penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor
tertentu bisa kambuh lagi
·
Bahwa
kekambuhan penyakit asmaminimal bisa dijarangkan dengan pengobatan jangka
panjang secara teratur
b. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau
memperberat serangan seperti :
·
Inhalan : debu rumah, bulu atu serpihan kulit binatang
anjing, kucing, spora jamur.
·
Ingestan : susu, telur, ikan, kacang-kacangan dan
obat-obatan tertentu
·
Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan
·
Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang
lembab.
·
Infeksi
saluran pernafasan.
·
Pemakaian
narkoba atau napza serta merokok.
·
Steree
psikis termasuk emosi yamg berlebihan.
·
Sterss
fisik atau kelelahan.
Penderita atu keluarga
sebaiknya mampu mengindentifikasi hal-ha apa saja yang memicu dan memperberat
serangan asma penderita. Perlu diingat bahwa pada beberapa pasien, faktor
diatas bersifat individual dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidak lah
sama tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secara pasti maka lebih baik
untuk menghindari faktor-faktor diatas. (Medlinux, 2008)
12
c. Memahami faktor-faktor yang dapat
mempercepat kesembuhan, membantu perbaikan dan mengurangi serangan :
·
Menghindari
makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat individual)
·
Menghindari
minum es dan makanan yang bercampur dengan es.
·
Berhenti
merokok dan penggunakan narkoba atau napza.
·
Menghindari
kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.
·
Berusaha
menghindari polusi udara (memekai masker), udara dingin dan lembab
·
Berusaha
menghindari kelelahan fisik dan psikis.
·
Segar
beribat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk.
·
Minum
obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
·
Pada
waktu serangan berusahauntuk makan cukup kalori dan banyak minum air hangat
guna membantu pengeceran dahak.
·
Manipulasi
lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat dilingkungan dengan
temperateur hangat.
d. Memahami kegunaaan dan cara kerja dan cara
pemakaian obat-obatan yang diberikan oleh dokter :
·
Bronkodilator
: untuk mengatasi spasme bronkus
·
Steroid
: untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan
·
Ekspektoran
: untuk mengecerkan dan mengeluarkan dahak
·
Antibiotika
: untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi saluran
nafas
e. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari
penyakit dan hasil pengobatan.
f. Mengetahui kapan “selftreatmen“ atau
pengobatan mandiri harus diakhiri dan segera mencari pertolongan dokter
H. Pengobatan
1.
Pengobatan Simptomatik
13
Tujuan
pengobatan Simpatomimetik adalah :
a. Mengatasi serangan asma dengan segera.
b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal
mungkin
c. Memcegah serangan berikutnya
# Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di
puskesmas adalah :
a. Bronkodilator golongan simpatomimetik
(beta adrenergik / agonis beta)
-
Adrenalin
(Epinefrin) injeksi. Obat ini tersedia di Puskesmas dalam kemasan ampul 2 cc.
Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 ; 1.000 injeksi subcutan. Dosis bayi
dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc. Bila belum ada perbaikan,
bisa diulangi sampai 3 X tiap 15 – 30 menit.
-
Efedrin.
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg. Aktif dan efektif diberikan
peroral.
-
Salbutamol.
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg. Salbutamon
merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping
minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB
b. Bronkodilsotr golongan teofilin
- Teofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas.
Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral
- Aminofilin. Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB
diberikan pelan-pelan
c. Kortikosteroid. Obat ini tersedia di
Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan pengobatan dengan
bronkodilator baik mpada asma akut maupun kronis tidk memberikan hasil yang
memuaskan dan keadaan asma yang membahaykan jiwa penderita (contoh : status
asmatikus). Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat
diberikan dalam dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering
off. Obat pilihan hidrocortison dan dexamethason
d. Ekspektoran
Adanya mukus kental dan
berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan menjadi salah satu
pemberat seranga asma, oleh karenanya harus
14
diencerkan dan dikeluarka.
Sebaiknyan jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin, sedian
yang ada di Puskesmas adalah obat batu hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP),
Glicseril guaiakolat (GG)
e. Antibiotik
Hanya diberikan jika serangan
asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang
ditandai dengan suhu yang meninggi.
2.
Pengobatan Profilaksis
Pengobatan
profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional, karena
sasaran obat-obat tersebut pada faktor-faktor yang menyebabkan bronkospasme.
Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan
cara kerja obat sebagai berikut :
a. Menghambat pelepasan mediator.
b. Menekan hiperaktivitas bronkus.
Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis
adalah :
a. Bila mungkin bisa menghentikan obat
simptomatik
b. Menghentikan atu mengurangi pemakaian
streoid
c. Mengurangi banyaknya jenis obat atau dosis
yang dipakai
d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit,
mengurangi frekuensi serangan dan Meringankan berat badan
# Obat profilaksis yang biasanya digunakan
adalah :
a. Steroid dalam bentuk aerosol
b. Disodium Cromolyn
c. Ketotifen
d. Tranilast
15
3.
Tatalaksana Kasus
Dengan
segala keterbatasn yang ada dokter puskesmas harus bisa memberikan
pertolongan kepada penderita serangan asma.
Menegakkan doagnosa yang tepat dengan tindakanyang benar, cepat dan akurat akan
sangat menolong penderita. (Medlinux, 2008)
a. Tatalaksana Asma Akut Intermiten
1. Aminofilin : 3 X 3-5 mg/kg BB atau
2. Salbutamol : 3 X 0,05,1 mg/kg BB
3. Bila ada bentuk berikan ekspectoran
4. Bila ada tanda infeksi ( demam ) berikan
antibiotik
b. Tatalaksana Asma berat dan Status
Asmatikus
1. Adrenalin 0,3 mg-0,5 mg SK, dapat diulang
15-30 menit kemudian, atau Aminofilinbolus 5-6 mg/kg BB IV pelan-pelan. Catatan
: pemberian Adrenalin pada orang tau harus hati-hati, dan tidak boleh diberikan
pada Penderita hipertensidan penyakit jantung.
2. Dexametason 5 mg IV.
3. Bila ada berikan Oksigen : 2-4 lt/menit.
4. Bila tidak ada respondianggap sebagai
Status Asmatikus :
- Pasang infus Glukosa 5% atau Nac1 0,9%
lt/24 jam.
- Rujuk segera ke Rumah Sakit.
I.
Pencegahan
Serangan Asma
dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang
dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum melakukan olah
raga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pada anak yang asmanya belum bermanifestasi.
# Tindakan
pencegahan pada anak yang belum bermanifestasi
- Mencegah
terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik merupakan faktor penting,
tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
16
Penghindaraan terhadap
makanan-makanan yang mempunyai tingkat elerginitis tinggi pada ibu hamil dan
yang menyusui maupun sang anak.
-
Orang
tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok.
- Menghindarkan faktor pencetus ; alergen
makanan, inhalan, bahan iritan, infeksi virus atau bakterial, hindari latihan
fisik yang berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.
- Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi
serangan asma.
# Hal-hal
yang harus diperhatikan pada asma anak
-
Hindari
makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin,
atau es, goreng-gorengan.
-
Hindari
debu yang sering terdapat pada kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai kerpet,
gordin, perabotan rumah.sebaiknya laci dan rak dibersihkan dengan lap basah,
gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu, kerpet, majalah, mainan, buku dan
apakian yang jarang dipakai diletakkan diluar kamar tidur dab lantai diapel
setiap hari.
-
Hindarkan
zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap
obat nyamuk, bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar, udara
dan air dingin.
-
Sebelum
melakukan aktifitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktifitas fisik yang
berat, sebelum melakukan aktifitas sebaiknya melakukan pemanasan terlebih
dahulu, dan jka perlu pemberian obat sebelum beraktifitas.( Medicafarma, 2008 )
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
- SOAP
Tanggal : 15 Juni 2011
Biodata
Nama :
Khalid
Umur :
2 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Alamat :
Ulee Kareng
Agama :
Islam
Pendidikan :
SD
Kebangsaan :
Indonesia
S : Ibu A
bersama keluarganya masuk ke ruang rawat anak, membawa anaknya dalam keadaan
lemas dan pucat, Ibu mengatakan anaknya sesak nafas sejak 2 hari yang lalu
disertai batuk berdahak, Ibu mengatakan anaknya akan dirawat inap di RSIA ibu
merasa cemas dengan keadaan anaknya.
O : K/U
balita lemas dan sukar bernafas
Pemeriksaan
tanda-tanda Vital
BB : 14
kg
T : 36,5 C
N : 88 x/i
RR : 60 x/i
Pemeriksaan fisik
Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva
pucat
Hidung : Tidak ada polip
Mulut : Kering, bibir pecah-pecah
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar
teroid
18
Dada : Simetris,
adanya retraksi pada dinding dada
Abdoment :
Perut agak kembung dan sakit
Ekstremitas : Tidak ada odema dan varices
A : Bila umur 2 tahun dengan diagnosa asma, keadaan balita lemas
P : -
Memberitahukan ibu hamil hasil pemeriksaan anaknya.
- Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
anaknya.
- Memberitahukan ibu agar memberikan
makananyang bergizi kepada anaknya.
- Menganjurkan ibu untuk banyak memberikan
air putih kepada anaknya.
- Menganjurkan ibu agar balita beristirahat
cukup
- Memberitahukan ibu bahwa anaknya akan
dipasang infus dengan laju 40 tts/i
- Memberikan obat injeksi bolus sesuai
instruksi dokter.
- Memberikan therapy kepada anaknya sesuai intruksi
dokter.
· Cefadroxil syrup 2x ½
· Nabule Ventolin 1 Ampul + NaCL / 8 Jam
- Memberitahukan ibu apabila infusnya habis
atau macet segera memberitahukan pada perawat yang bertugas.
- Ibu sudah mengerti dengan semua penjelasan
diatas.
19
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asma ialah suatu keadaan dimana
seluruh nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan ; penyempitan ini
bersifat sementara, Gejala Klinik Keluhan utama
penderita asma adalah sesak nafas mendadak, disertai fase ekspirasi, dan
diikuti bunyi wengi (wheezing), batuk disertai serangan nafas yang
kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan,
sedang atau berat dan sesak nafas penderita timbul mendadak, dirasakan makin
lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.
B.
Saran
1. Untuk pasien
Diharapkan
kepada ibu dari Balita tersebut agar menjaga kebersihan dan makanan anaknya dan
segera memeriksa anaknya apabila anaknya sakit.
2. Untuk Penulis
Diharapkan
bertambahnya ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada anak dengan kasus
asma.
3. Untuk Pelayanan Kesehatan
Diharapkan
kepada petugas kesehatan untuk dapat memberikan asuhan prenatal yang sesuai
dengan kebutuhan klien.
20
DAFTAR PUSTAKA
Medicafarma.
(2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 24 September 2008 dari
Medicafarma
Medlinux.
(2008, Juli 18). Penatalaksanaan Asma Bronkial. Diakses 24
September dari
blogspot.com/2008/07/penatalaksanaan-asma-
bronkial.html
tanjung, D.
(2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diagses 24 September
2008 dari USU digital library