Tampilkan postingan dengan label Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan Diagnosa Asma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan Diagnosa Asma. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 April 2013

Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan Diagnosa Asma



                                                                   
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN  
KATA PENGANTAR   ...................................................................................         i
DAFTAR ISI  ..................................................................................................          ii

BAB I       PENDAHULUAN ........................................................................          1
A.    Latar Belakang  .............................................................................           1
B.     Tujuan   .........................................................................................           2
C.     Prevalensi  ....................................................................................            2

BAB II      TINJAUAN PUSTAKA  ..............................................................          3
A.    Defenisi  ........................................................................................           3
B.     Etiologi  ........................................................................................           4
C.     Patafisiologi  .................................................................................           5
D.    Gejala Klinis  ................................................................................           6
E.     Pemeriksaan Penunjang  ...............................................................           7
F.      Klasifikasi Asma  .........................................................................            9
G.    Penatalaksanaan  ..........................................................................            11
H.    Pengobatan  ..................................................................................           13
I.       Pencegahan  .................................................................................            16

BAB III     TINJAUAN KASUS  .................................................................                       18
A.    SOAP  .........................................................................................             18

BAB IV     PENUTUP  .................................................................................                        20
A.    KESIMPULAN  .........................................................................             20
B.     SARAN  .....................................................................................             20

DAFTAR PUSTAKA  .................................................................................             21
                                                                      




BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada didalam makanan salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit Asma.
Asma adalah satu diantar beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total, kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamindalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan Simptomatikpada waktu serangan mugkin bisa diatasi penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan Profilaktasi yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
Peran Dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting, Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk ole penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan deukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan Asma (Manjoir. 2005).
                                                    






1

  1. TUJUAN
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan pada Balita mengenai Asma bronkial bagi kehidupan.
  1. Tujuan Khusus
a.       Menjelaskan definisi penyakit asma bronkial
b.      Menjelaskan etiologi penyakit asma bronkial
c.       Menjelaskan patafisiologi penyakit asma bronkial
d.      Menjelaskan pemeriksaan penunjang penyakit asma bronkial
e.       Menjelaskan klarifikasi penyakit asma bronkial
f.       Menjelaskan penatalaksanaan penyakit asma bronkial
g.      Menjelaskan pengobatan penyakit asma bronkial

  1. PREVALENSI
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (Kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma diasia terutama disingapura, atau korea selatan jaga mencolok. Kasus asna meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat.              
Asma merupakan sepuluh besar penyebab meningkat di indonesia, hal ini tergambar dari atas studyi survei kesehatan rumah tangga ( Tahun 1986 ) menunjukkan asma menduduki urutan 5 dari 10 penyebab kesakitan ( Morbiditas ) bersama- sama dengan bronkis kronik dan emfisema. Pada tahun 1992 asma bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di indonesia atau sebesar 5,6 % pada tahun 1995. ( Hasan , 2005 )




                                                                        2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi
Asma berasal dari bahasa Yunani yaitu sukar bernafas. Bahasa awamnya di istilah kan dengan ‘bengek’ yaitu serangan sesak nafas berbunyi mencuit-cuit, istilah medisnya weezing Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafasobstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Dari definisi diatas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma, yaitu :
-          Asma merupakan penyakit gamgguan jalan nafas
-          Ditandai dengan hipersensitifas bronkus dan bronkokostriksi
-          Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik
-          Bersifat reversibel
Status Asmatikus adalah keadaan darurat medik paru merupakan serangan asma yang berat atau bertambah berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan 1-2 jam.
Gambar klinis Status Asmatikus  :
·         Penderita tampak sakit berat dan sianosis
·         Sesak nafas, bicara terputus-putus
·         Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah jatuh dalam dehidrasi berat
·         Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh kedalam koma. ( Manajoer 2005 )


3
Asma merupakan juga suatu penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat hampir diseluruh dunia, baik dinegara maju maupun dinegara berkembang termasuk indonesia.
Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahka berat ringatnya serangan dan seriing jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Umumnya gejala klinis ditandai dengan adanya sesak nafas dan mengi ( nafas ya ng berbunyi ). Kelompok anak yang diduga asma adalah anak-anak yang menunjukkan batukyang timbul secara episodic, cenderung pada malam atau dini hari, musiman, setelah aktifitas, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien dan keluarga.
( Tanjung, 2005 )

B.     Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
Ø  Faktor predisposisi
a.      Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimanacara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga mendrita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, pendrita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas asluran pernafasan juga bisa diturunkan.
Ø   Faktor presipitasi
a.      Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu  :
1.      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan
Contoh : Debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2.      Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contohnya  : makanan dan obat-obatan
                                                                       4
3.      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contohnya  : perhiasan, logam dan jam tangan
b.      Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angun serbukbungan dan debu.
c.    Sterss
Sterss atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu bisa juga memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala yang sama yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami sterss atau ganggaun emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diatasi.
d.      Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan lansung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di labolatorium hewan,  industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu klibur atau cuti.
e.       Olah raga atau aktifita jasmani yang berat
Sebagian penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan akyifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkanserangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C.    Patifisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abmormal dalam jumlah besar dan abtibody ini menyebabkan reaksi alergi bilam reaksi dengan antigen spesifikasinya.
                                                            5
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirupalergi maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergi bereaksi dengan antibody yang telah terlakat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarka berbagai macam zat, daiantaranya histamin, zat anafilaksis yang beraksi lambat ( yang merupakan leukotrient ), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-aktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat meningkat.
            Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksiras paksa menekan bagiaan luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi de ngan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu pun menjadi sangat meningkatselama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini dapat menyebabkan barrel chest. ( Tanjung, 2003 )
D.   Gejala Klinis
Keluhan pertama penderita asma ialah sesak nafas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibamdingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk disertai serangan nafas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak nafas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau lamnatnya aliran udarayang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernafasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu ada, bahkan sering kali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.
                                                            6
Dalam keadaan sesak nafas hebat, penderita lebih menyukaiposisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memgang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak nafas adalah pernafasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernafasan. Frekuensi pernafasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernafasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak nafas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak nafas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 130/menit, karena peningkatan konsenterasi katekolamin dalam darah akibat respons hepoksemia. (Tanjong, 2003)
E.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
·         Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
·         Spiral curshman, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
·         Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
·         Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muncul plug.
Pemeriksaan darah
·         Analisa gas darah terdapat peningkatan normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
·         Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
·         Hiponatermia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3 dimana menadakan terdapatnya suatu infeksi.
·         Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan penurunan pada waktu bebas dari serangan.
7
2.      Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapatadalah sebagai berikut :
·         Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
·         Bila terdapat komplikasiempisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
·         Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
·         Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
·         Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardim, maka dapat diliat bentuk gambaran pada paru-paru.
3.      Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi yang berbagai alergi yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.
4.      Elektrokardiografi
Gambaran Elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuakan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
·         Perubahan aksis jantung, yakni pada umunya terjadi right axis deviasi dan clokwise ratation.
·         Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapat RBB ( Right bundle branch block).
·         Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapat pada sinus tachycardia, SVES, dan
·         VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.






                                                                        8
5.      Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEVI atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidk saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obtruksi. (Medicafarma, 2008)

F.     Klasifikasi Asma
1.      Berdasarkan Etiologi
a.              Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan diatas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinstik.
            #   Asma Ekstrinsik dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Asma ekstrinsik atopik
Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut :
-          Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan dapat diperlihat dengan reaksi kulit tipe 1
-          Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehidupan, 85% kasus timbul sebelum usia 30 tahun
-          Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda


9
2.      Asma ekstrinsik non atopik
  Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut :
-          Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam-macam alergi yang spesifik
-          Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda terhadap alergi yang tersensitasi dapat menjadi positif
-          Dalam serum didapatkan IgE dan IgG yang spesifik
-          Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau di kemudian hari

b.       Instrinsik dan idiopatik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang beraksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
#   Sifat dari intrinsik yaitu :
-                                               Alergen pencetus sukar ditentukan
-         Tidak ada ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit memberi hasil  negatif
-         Merupakan kelompok yang heterogen, respon untuk terjadi asma dicetuskan oleh penyebab dan melalui makenisme yang berbeda-beda
-         Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur diatas 30 tahun dan disebut juga late onset asma
-         Serangan seask pada asma tpe ini dapat berlansung lama dan sering kali menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa disertai kortikosteroid

10
-         Perubahan patologi yag terjadi asma dengan asma ekstrinsik, namun tidak dapat dibuktikan dengan keterlibatan IgE
-         Kadar IgE serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan asma ekstrinsik
-         Selain itu tes serologi dapat menunjukkan adanya faktor rematoid, misalnya sel LE
-         Riwayat keluarga lebih sedikit, sekitar 12-48%
-         Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin sering dijumpai

2.      Berdasarkan Keparahan Penyakit
a.      Asma intermiten
Gejala muncul < 1  kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik diantara waktu serangan, Peak Exspiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second ( PEV1) > 80%
b.      Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan. PEF dan PEV1 80%
c.       Asma sedang (moderate)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 1 kali dalam 1 minggu, menggunkan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat dalam keseharian. PEF dan PEV1 >60% dan <80%
d.      Asma parah (severe)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik tergganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%

G.    Penatalaksanaan
1.      Pendidikan atau Edukasi Kepada Penderita Dan Keluarga
Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang
                                                                11
konprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi seorang dokter Puskesmas disatu pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya dipihak lain. Pendidikan kepada penderita dan keluarganya adalah  menjadi tanggung jawab dokter puskesmas, sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.

#  Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya adalah :
a.       Memahami sifat-sifat dari penyakit asma :
·         Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuhn secara sempurna
·         Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor tertentu bisa kambuh lagi
·         Bahwa kekambuhan penyakit asmaminimal bisa dijarangkan dengan pengobatan jangka panjang secara teratur
b.       Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan seperti :
·         Inhalan : debu rumah, bulu atu serpihan kulit binatang anjing, kucing, spora jamur.
·         Ingestan : susu, telur, ikan, kacang-kacangan dan obat-obatan tertentu
·         Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan
·         Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab.
·         Infeksi saluran pernafasan.
·         Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.
·         Steree psikis termasuk emosi yamg berlebihan.
·         Sterss fisik atau kelelahan.
Penderita atu keluarga sebaiknya mampu mengindentifikasi hal-ha apa saja yang memicu dan memperberat serangan asma penderita. Perlu diingat bahwa pada beberapa pasien, faktor diatas bersifat individual dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidak lah sama tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secara pasti maka lebih baik untuk menghindari faktor-faktor diatas. (Medlinux, 2008)
                                                            12
c.     Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu perbaikan dan mengurangi serangan :
·         Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat individual)
·         Menghindari minum es dan makanan yang bercampur dengan es.
·         Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.
·         Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.
·         Berusaha menghindari polusi udara (memekai masker), udara dingin dan lembab
·         Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.
·         Segar beribat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk.
·         Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
·         Pada waktu serangan berusahauntuk makan cukup kalori dan banyak minum air hangat guna membantu pengeceran dahak.
·         Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat dilingkungan dengan temperateur hangat.
d.    Memahami kegunaaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat-obatan yang diberikan oleh dokter :
·         Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus
·         Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan
·         Ekspektoran : untuk mengecerkan dan mengeluarkan dahak
·         Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi saluran nafas
e.    Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.
f.       Mengetahui kapan “selftreatmen“ atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan segera mencari pertolongan dokter

H.    Pengobatan
1.      Pengobatan Simptomatik

13

            Tujuan pengobatan Simpatomimetik adalah :
a.       Mengatasi serangan asma dengan segera.
b.      Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin
c.       Memcegah serangan berikutnya
#  Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di puskesmas adalah :
a.       Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta)
-          Adrenalin (Epinefrin) injeksi. Obat ini tersedia di Puskesmas dalam kemasan ampul 2 cc. Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 ; 1.000 injeksi subcutan. Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc. Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap 15 – 30 menit.
-          Efedrin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg. Aktif dan efektif diberikan peroral.
-          Salbutamol. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg. Salbutamon merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB
b.      Bronkodilsotr golongan teofilin
-       Teofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas. Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral
-       Aminofilin. Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan
c.       Kortikosteroid. Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan pengobatan dengan bronkodilator baik mpada asma akut maupun kronis tidk memberikan hasil yang memuaskan dan keadaan asma yang membahaykan jiwa penderita (contoh : status asmatikus). Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan dalam dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off. Obat pilihan hidrocortison dan dexamethason
d.      Ekspektoran
Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat seranga asma, oleh karenanya harus
                             
                                                      14
diencerkan dan dikeluarka. Sebaiknyan jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin, sedian yang ada di Puskesmas adalah obat batu hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP), Glicseril guaiakolat (GG)
e.       Antibiotik
Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.

2.    Pengobatan Profilaksis
Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional, karena sasaran obat-obat tersebut pada faktor-faktor yang menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan cara kerja obat sebagai berikut :
a.       Menghambat pelepasan mediator.
b.      Menekan hiperaktivitas bronkus.
Hasil  yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :
a.       Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik
b.      Menghentikan atu mengurangi pemakaian streoid
c.       Mengurangi banyaknya jenis obat atau dosis yang dipakai
d.      Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekuensi serangan dan Meringankan berat badan

#   Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :
a.       Steroid dalam bentuk aerosol
b.      Disodium Cromolyn
c.       Ketotifen
d.      Tranilast




15
3.      Tatalaksana Kasus
Dengan segala keterbatasn yang ada dokter puskesmas harus bisa memberikan
pertolongan kepada penderita serangan asma. Menegakkan doagnosa yang tepat dengan tindakanyang benar, cepat dan akurat akan sangat menolong penderita. (Medlinux, 2008)
a.       Tatalaksana Asma Akut Intermiten
1.      Aminofilin : 3 X 3-5 mg/kg BB atau
2.      Salbutamol : 3 X 0,05,1 mg/kg BB
3.      Bila ada bentuk berikan ekspectoran
4.      Bila ada tanda infeksi ( demam ) berikan antibiotik

b.      Tatalaksana Asma berat dan Status Asmatikus
1.      Adrenalin 0,3 mg-0,5 mg SK, dapat diulang 15-30 menit kemudian, atau Aminofilinbolus 5-6 mg/kg BB IV pelan-pelan. Catatan : pemberian Adrenalin pada orang tau harus hati-hati, dan tidak boleh diberikan pada Penderita hipertensidan penyakit jantung.
2.      Dexametason 5 mg IV.
3.      Bila ada berikan Oksigen : 2-4 lt/menit.
4.      Bila tidak ada respondianggap sebagai Status Asmatikus :
-  Pasang infus Glukosa 5% atau Nac1 0,9% lt/24 jam.
-  Rujuk segera ke Rumah Sakit.

I.               Pencegahan
Serangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum melakukan olah raga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada anak yang asmanya belum bermanifestasi.

#  Tindakan pencegahan pada anak yang belum bermanifestasi
-    Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
16
Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat elerginitis tinggi pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak.
-        Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok.
-       Menghindarkan faktor pencetus ; alergen makanan, inhalan, bahan iritan, infeksi virus atau bakterial, hindari latihan fisik yang berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.
-       Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi serangan asma.

#  Hal-hal yang harus diperhatikan pada asma anak
-            Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin, atau es, goreng-gorengan.
-            Hindari debu yang sering terdapat pada kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai kerpet, gordin, perabotan rumah.sebaiknya laci dan rak dibersihkan dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu, kerpet, majalah, mainan, buku dan apakian yang jarang dipakai diletakkan diluar kamar tidur dab lantai diapel setiap hari.
-            Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap obat nyamuk, bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar, udara dan air dingin.
-            Sebelum melakukan aktifitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktifitas fisik yang berat, sebelum melakukan aktifitas sebaiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan jka perlu pemberian obat sebelum beraktifitas.( Medicafarma, 2008 )







                                                                        17
BAB III
TINJAUAN KASUS

  1. SOAP
Tanggal : 15 Juni 2011

Biodata
Nama                           : Khalid
Umur                           : 2 tahun
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Alamat                                    : Ulee Kareng
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SD
Kebangsaan                 : Indonesia

S   : Ibu A bersama keluarganya masuk ke ruang rawat anak, membawa anaknya dalam keadaan lemas dan pucat, Ibu mengatakan anaknya sesak nafas sejak 2 hari yang lalu disertai batuk berdahak, Ibu mengatakan anaknya akan dirawat inap di RSIA ibu merasa cemas dengan keadaan anaknya.
O  : K/U balita lemas dan sukar bernafas
     Pemeriksaan tanda-tanda Vital
     BB   : 14 kg
     T      : 36,5 C
     N     : 88 x/i
     RR   : 60 x/i
Pemeriksaan fisik
Mata                     : Sklera tidak ikterik, konjungtiva pucat
Hidung                 : Tidak ada polip
Mulut                   : Kering, bibir pecah-pecah
Leher                    : tidak ada pembengkakan kelenjar teroid
                                                                 18
Dada                    : Simetris, adanya retraksi pada dinding dada
Abdoment                        : Perut agak kembung dan sakit
Ekstremitas          : Tidak ada odema dan varices

A :  Bila umur 2 tahun dengan diagnosa asma, keadaan balita lemas
P  :  - Memberitahukan ibu hamil hasil pemeriksaan anaknya.
-   Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan anaknya.
-   Memberitahukan ibu agar memberikan makananyang bergizi kepada anaknya.
-   Menganjurkan ibu untuk banyak memberikan air putih kepada anaknya.
-   Menganjurkan ibu agar balita beristirahat cukup
-   Memberitahukan ibu bahwa anaknya akan dipasang infus dengan laju 40 tts/i
-   Memberikan obat injeksi bolus sesuai instruksi dokter.
-   Memberikan therapy kepada anaknya sesuai intruksi dokter.
·       Cefadroxil syrup 2x ½
·       Nabule Ventolin 1 Ampul + NaCL / 8 Jam
-       Memberitahukan ibu apabila infusnya habis atau macet segera memberitahukan pada perawat yang bertugas.
-       Ibu sudah mengerti dengan semua penjelasan diatas.












                                                                        19
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Asma ialah suatu keadaan dimana seluruh nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan ; penyempitan ini bersifat sementara, Gejala Klinik Keluhan utama  penderita asma adalah sesak nafas mendadak, disertai fase ekspirasi, dan diikuti bunyi wengi (wheezing), batuk disertai serangan nafas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak nafas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.

B.     Saran

1.      Untuk pasien
Diharapkan kepada ibu dari Balita tersebut agar menjaga kebersihan dan makanan anaknya dan segera memeriksa anaknya apabila anaknya sakit.
2.      Untuk Penulis
Diharapkan bertambahnya ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada anak dengan kasus asma.
3.      Untuk Pelayanan Kesehatan
Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat memberikan asuhan prenatal yang sesuai dengan kebutuhan klien.




                                          20
DAFTAR PUSTAKA

Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 24 September 2008 dari
            Medicafarma

Medlinux. (2008, Juli 18). Penatalaksanaan Asma Bronkial. Diakses 24
            September dari blogspot.com/2008/07/penatalaksanaan-asma-
            bronkial.html

tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diagses 24 September
            2008 dari USU digital library